TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Wednesday, August 4, 2010

Kolik

Kolik infantil bisa terjadi dan dialami sekitar 20% bayi berumur 2 minggu sampai 4 bulan. Penyebab pasti koliknya memang belum bisa diketahui. Umumnya, kolik dihubungkan dengan gangguan sistem pencernaan bayi yang belum sempurna. Ada pula yang menghubungkan kolik dengan temperamen anak. Bayi temperamental akan sangat sensitif dan segera bereaksi (tentunya dengan menangis), jika ada perubahan di lingkungannya. Tangis kolik ini bisa saja terjadi pada pagi, siang, sore, atau malam. Tapi, kebanyakan bayi mengalami kolik pada malam hari. Yang paling membuat bingung orang tua, selain tangisnya lama, bayi yang mengalami kolik seringkali tampak seperti kesakitan. Bagaimana tidak, sambil menangis, kakinya ditarik ke arah perut, kepalanya bergerak-gerak, wajahnya kemerahan, dan biasanya disertai buang angin (kentut). Kolik infantil sebenarnya bukan penyakit yang membahayakan. Jadi, jika si kecil mengalami kolik, anda tidak perlu segera membawanya ke dokter.

Selain itu, belum tentu bayi menangis karena kolik. Ya, siapa tahu, dia menangis karena :

• Lapar atau haus.

• Lelah

• Kesepian (bayi biasanya sangat suka dipeluk dan akan menangis jika merasa sendirian).

• Kaget

• Kedinginan atau kepanasan

• Mengantuk

• Popoknya basah atau kotor, karena buang air besar atau kecil.

Ada ruam di bokongnya

Biasanya, jika hal tersebut tidak ditemukan, kita boleh menganggap bahwa si kecil mengalami kolik. Sekalipun begitu, jika anda masih tetap cemas dengan keadaan si kecil dan khawatir tangisan tersebut merupakan gejala dari suatu penyakit tertentu, maka segeralah bawa si kecil ke dokter. Jika dokter juga tidak menemukan penyebab apa pun, biasanya dokter pun akan mengatakan bahwa bayi anda memang mengalami kolik. Kuncinya, Tenang

Sampai sekarang, belum ada obat yang pas untuk langsung menyembuhkan kolik.

Tapi, cara berikut ini bisa anda coba untuk menenangkan si kecil.

• Gendong sambil elus-elus punggungnya, agar ia bersendawa.

• Gendong sambil diayun perlahan, agar ia merasa aman dan nyaman

• Dekap ke dada anda, agar ia merasa hangat

• Jika kulitnya agak dingin, kenakan sarung tangan, kaus kaki dan selimut.

• Bersikaplah tenang (ini yang paling penting), kalau panik akan menbuuat makin rewel Anak ASI lebih kebal

Bukti-bukti bahwa bayi yang mendapat ASI lebih tahan penyakit infeksi tertentu daripada yang minum susu formula memang tak bisa dipungkiri lagi. Apalagi di dalam ASI juga ditemukan berbagai antibody spesifik yang dapat melawan bakteri dan virus yang sering menyerang saluran pernapasan dan usus bayi. Dari penemuan-penemuan itu, lalu menghubungkan kekebalan bayi ASI terhadap infeksi.

Fakta membuktikan

Dari penelitian yang termuat dalam pediatric journal 1993, terbukti bahwa menyusui eksklusif paling tidak 4 bulan pertama, dapat mengurangi kemungkinan bayi terkena infeksi saluran pencernaan ( antara lain diare), infeksi saluran pernapasan, serta infeksi saluran telinga.Hal yang menyebabkan ASI membuat bayi lebih kebal penyakit infeksi :

· Immunoglobulin

Zat kekebalan tubuh ini banyak ditemukan pada ASI. Konsentrasinya yang tertinggi ditemukan dikolostrum ( susu jolong yang keluar pada 3 sampai 5 hari pertama kehidupan bayi). Immunoglobulin yang melindungi bayi dari infeksi telinga, hidung dan tenggorokan itu masih dapat ditemukan di ASI sampai usia setahun.

· Lactoferin

Lactoferin akan mengikat zat besi, sehingga kuman tidak mendapatkan zat besi yang diperlukannya untuk hidup dan membelah diri. Zat ini juga yang paling banyak terdapat dikolostrum, namun akan tetap ada sepanjang tahun pertama usia bayi.

· Lysozyme

Lysozyme merupakan zat penting untuk proses pencernaan, berfungsi untuk benteng dari ”bakteri jahat”yang ada di usus halus. ASI mengandung lysozyme 30 kali lebih tinggi dibandingkan susu formula apapun.

· Bakteri baik

ASI mendorong pertumbuhan bakteri baik, yaitu laktobasilus,yang dapat menekan penyakit yang disebabkan bakteri jahat ( seperti E. Coli) serta parasit. Pada bayi ASI, jumlah laktobasilus di dalam ususnya 10 kali lebih banyak dibandingkan dengan bayi susu formula.

· Faktor alergi

Panelitian membuktikan, penyebab alergi yang ada di susu formula yang berasal dari sapi maupun kedelai, lebih lama berbeda dalam usus bayi (sekitar 60 menit) dibanding dengan ASI. Jadi, kemungkinan munculnya alergi pada anak ASI juga lebih rendah. Menyadari banyak kelebihan ASI bagi benteng pertahanan tubuh si kecil, jelas tak ada alasan bagi ibu untuk tidak menyusui bayinya.

Anda tak ingin si kecil mudah sakit, kan?


Diare Bayi ASI atau Formula?

Normalnya, bayi baru lahir yang mengonsumsi ASI, buang air besar sekitar 8-10 kali sehari. Bentuknya pun cair. Bila bayi mengonsumsi susu formula,frekuensi buang air besarnya sekitar 2-6 kali sehari. Setelah ia mengenal makanan pendamping ASI, apalagi kalau sudah mengenal makanan padat, frekuensi buang air besarnya semakin berkurang ( berkisar antara 1-2 kali sehari ) dengan bentuk lebih padat.

Diare terjadi bila frekuensi buang air bayi lebih dari normal dan bentuknya cair/encer. Adakalanya dalam tinja si kecil terdapat lendir, selain terjadi demam dan muntah. Hal ini bergantung dari penyebabnya. Yang pasti, kebanyakan bayi akan rewel selama diare, karena perutnya memang terasa sangat tidak nyaman. Umumnya, diare pada bayi datang akibat pencernaan si kecil kemasukan bakteri. Sumbernya, bisa dari kurang higenisnya saat pembuatan susu formula. Tetapi bisa juga karena si kecil alergi terhadap protein susu sapi yang terkandung dalam susu formula. Kemungkinan alergi terhadap bayi yang mengkonsumsi ASI, masih ada kemungkinan juga meski jauh lebih kecil dibandingkan bayi yang menerima susu formula. Bayi ASI menderita diare biasanya karena ibunya mengonsumsi makanan tertentu yang ternyata membawa reaksi alergi terhadap bayinya. Hal yang penting berbahaya ketika si kecil diare, adalah terjadi kekurangan cairan (dehidrasi). Selain itu, bila setelah diare tidak dilakukan terapi gizi dengan sempurna, si kecil bakal terancam kekurangan gizi yang bisa berlanjut ke gangguan pertumbuhan.

Untuk mencegah bayi dehidrasi, lakukan langkah-langkah ini:

· Berikan cairan setiap kali si kecil diare, agar cairan tubuh yang keluar bersama tinjanya dapat segera terganti. Teruskan memberi ASI, atau susu

formula, juga cairan lain seperti air putih.

· Bila si kecil sudah mendapat makanan pendamping ASI atau makanan padat, terus berikan makanan bergizi yang tidak berbumbu tajam, dan menjaga dengan ketat kebersihan mulai saat pembuatan hingga pemberian makannya.

· Bila diare tidak berhenti, diberikan cairan oralit siap minum khusus untuk bayi dan balita (10 ml/kg/ kali diare atau muntah). Bisa juga dengan larutan garam-gula. Atau garam-air tajin.

Selain itu juga wajib terus memantau kondisi si kecil. Bila mulai timbul tanda-tanda dehidrasi, segera bawa ke dokter. Begiu juga bila di dalam tinjanya terlihat warna merah (darah), hitam (darah yang membeku) atau keputihan (akibat penyakit di hati).

Selain itu juga memberi perhatian khusus pada daerah sekitar popok, karena daerah ini mudah teriritasi akibat si kecil sering buang air dan berganti popok. Bersihkan dengan lembut dan keringkan, agar tidak lambat. Usap daerah ini dengan lotion yang lembut setiap kali anda mengganti popok. Sebaiknya, setiap 3 jam sekali diperiksa popoknya dan ganti.