TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Wednesday, August 4, 2010

Alergi Makanan pada Bayi

Pada kenyataannya, kasus alergi makanan pada bayi tidaklah terjadi sesering yang diduga. Karena setelah si kecil dipastikan secara klinis, hanya 2 hingga 6% dari mereka yang benar-benar menderita hipersensitivitas terhadap makanan, demikian dilaporkan di Journal of Allergy and Clinical Immunology. Membatasi akses anak terhadap beragam makanan justru dapat membuatnya kekurangan asupan nutrisi penting pada periode pertumbuhan emas 1 sampai 3 tahun.

Gejala alergi termasuk rash atau ruam kulit, sesak napas, keram perut dan mual. Reaksi ini bisa muncul dalam hitungan menit setelah mengonsumsi makanan pemicunya. Beberapa penderita alergi makanan bahkan dapat mengalami reaksi ekstrim yang disebut anafilaksis.

Alergi makanan disebabkan oleh reaksi sistem imun terhadap protein yang terkandung dalam jenis-jenis makanan tertentu, umumnya telur, susu, ikan, kacang, gandum atau kedelai.Untuk menghindari pencetus alergi, harus jeli dalam pemilihan makanan kemasan / label makanan. Ada beberapa istilah misalnya albumin, sebanarnya artinya telur. Sementara kasein sama saja dengan susu. Perasa makanan juga kerap disebut natural flavors, tanpa menyebutkan secara rinci bahan yang terkandung di dalamnya. Sementara stabillzer biasanya mengandung sedikit susu. Risiko alergi makanan pada bayi dapat dikurangi dengan peran aktif ibu yaitu memberi ASI eksklusif selama 6 bulan penuh. Tidak diperkenankan mengenalkan makanan tambahan apapun pada periode ini, terlebih susu formula berbahan dasar sapi serta produk-produk turunan susu. Dari penelitian menyebutkan bahwa mengenalkan makanan padat pada usia terlalu dini, yaitu 4 bulan pertama kehidupan anak, dihubungkan dengan peningkatan risiko alergi hingga usia 10 tahun. Memperkenalkan makanan harus satu persatu dan makanan padat harus dikenalkan dalam jumlah kecil terlebih dahulu. Jangan langsung memberi bayi campuran beberapa jenis bahan makanan. Sebab akan sulit diketahui bayi alergi terhadap bahan makanan apa. Waktu yang tepat dalam memperkenalkan makanan potensial alergi yaitu setelah dokter menganalisa risiko alergi bayi berdasarkan riwayat keluarga, sang buah hati harus menunggu sampai usia 12 bulan untuk diberikan susu sapi dan produk turunannya. Kemudian pada usia 24 bulan, ia mulai boleh mencicipi telur ayam. Sedangkan dalam memperkenalkan kacang-kacangan dapat menunggu sampai anak menginjak usia 36 bulan, seperti kacang tanah maupun kacang mede. Untuk amannya pemberian seafood dan ikan juga pada usia 36 bulan.

Seperti halnya ASI atau air susu ibu, segala sesuatu yang alami memang lebih baik karena diracang oleh Sang Pencipta. Demikian pula dengan Air Susu Ibu (ASI). Bayi yang dilahirkan melalui operasi cesar ternyata menghadapi risiko alergi atau intoleransi susu sapi dua kali lipat ketimbang bayi yang dilahirkan secara normal, demikian sebuah laporan dari jurnal Allergy edisi September 2005. Bayi yang dilahir melalui operasi cesar lebih sedikit terpapar pada bakteri maternal. Hal ini berpengaruh terhadap sistem pencernaannya. Akhirnya, system kekebalan tubuh bayi akan bereaksi berlebihan terhadap substansi pemicu alergi seperti telur, ikan dan kacang